Kamis, 31 Oktober 2013

Makalah Penulisan Kata Bersinonim


 Penulisan Kata Bersinonim

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan pemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi). Di dalam beberapa buku pelajaran bahasa sering dikatakan bahwa sinonim adalah persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan ini jelas kurang tepat sebab selain yang sama bukan maknanya, yang bersinonim pun bukan hanya kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi antara satuan-satuan bahsa lainnya.





BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Sinonim
Sinonim adalah pertalian dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama. Suatu kata bersinonim dengan kata lainnya apabila dalam kalimat yang sama, kata-kata tersebut dapat saling menggantikan. Atau kata-kata yang memiliki kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam berbagai urutan kata-kata sehingga memiliki daya tukar (substitusi).
Contoh :
i)                    Mencegah, melarang, menahan, menegah, menghalang, menyekat
ii)                  Menciptakan, membuat, mengadakan, menggubah, menghasilkan, menjadikan, mewujudkan
iii)                Dapat, berupaya, mampu, sanggup, menyanggah
iv)                Elok, bagus, baik, cantik, molek, indah, permai
v)                  Waktu,  kesempatan, ketika, masa, peluang, tempoh

Sekalipun makna kata-kata, elok, bagus, baik, cantik, molek, indah, permai sama, atau semua kata itu bersinonim, kita juga tidak pernah atau tidak wajar mengatakan kalau,
·         Wanita itu indah
·         Gadis itu permai
Tetapi
·         Wanita itu cantik
·         Gadis itu molek

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengetahui sinonim, diantaranya :
1.      Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata beras, salju, batu, dan kuning pada kata-kata tersebut tidak memiliki sinonim.
2.      Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk jadian. Misalnya kata benar dengan kata betul, tetapi kata kebenaran tidak bersinonim dengan kata kebetulan.
3.      Ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar tetapi memilki sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai sinonim tetapi kata menjemur mempunyai sinonim, yaitu mengeringkan, dan berjemur bersinonim dengan berpanas.
Ada empat cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan  adanya sinonim. Keempat cara yang dimaksud adalah:
1) Seperangkat sinonim itu mungkin saja merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena dan rika dalam bahasa jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan dalam bahasa indonesia yang persis sama dengan koen atau kowe dalam bahasa jawa dalek malang. Begitu juga dengan kata cacak dan kakang memiliki terjemahan yang persis sama, yakni “kakak”. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-masing kata tersebut memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata tersebut tidak dapat ditentukan sebagai sinonim.
2) Suku kata yang semula dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-berbeda. Kata bisa dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal merupakan sinonim, dalam konteks pemakaian “saya nanti bisa datang” dan “saya nanti dapat datang” tetap pula dianggap sinonim. Sewaktu berada dalam konteks pemakaian “bisa ular itu berbahaya”, kedua kata tersebut tidak dapat lagi disebut sinonim.
3) Suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna evaluatif, mungkin saja akhirnya menunjukan adanya karakteristik sendiri meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman dengan kata lainya. Bentuk demikian misalnya dapat ditemukan dalam pasangan kata ilmu dan pengetahuan, mengamati dan meneliti, serta antara megusap dengan membelai. Apabila hal itu terjadi, maka kata-kata yang semula dianggap sinonim itu harus dianggap sebagai kata yang berdiri sendiri-sendiri.
4) Suatu kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi dengan minuman, kuncup dengan kembang, maupun pohon dengan batang, sering kali dipakai secara tumpang tindih karena masing-masing memiliki kesinoniman. Hal itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata tersebut jelas masih memiliki ciri makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian yang tumapang tidih dapat mengakibatkan adanya salah pengertian.


B.                 Jenis-Jenis Sinonim
Terdapat tiga jenis Sinonim dalam bahasa Indonesia, yaitu :
1.         Sinonim mutlak
Sinonim mutlak adalah kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat.
Contoh:
o    kosmetik = alat kecantikan
o    laris = laku, larap
o    leksikografi = perkamusan
o    kucing = meong
2.          Sinonim semirip
Sinonim semirip adalah kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja.
Contoh:
o    melatis = menerobos
o    lahiriah = jasmaniah
3.         Sinonim selingkung
Sinonim selingkung adalah kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal.
Contoh:  lemah = lemas

C.                 Pembagian Sinonim Bahasa Indonesia Menurut Ahli
Pembagian sinonim menurut beberapa ahli, diantaranya:
1.      Penggolongan sinonim menurut pembagian Colliman yang dikutip Ullmann (1964: 142-143) membagi jenis sinonim menjadi sembilan, dan bila kita lihat contohnya di dalam, bahasa Indonesia, sebagai berikut:
a.       Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki makna yang lebih umum (generik), bandingkan misalnya: menghidangakn dan menyediakan atau menyiapkan; kelamin dengan seks.
b.      Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih intensif, misalnya: jenuh dan bosan; kejam dan bengis; imbalan dan pahala.
c.       Sinonim yang salah satu anggotanya lebih menonojolkan makna emotif. Misalnya mungil dan kecil; bersih dan ceria; hati kecil dan hati nurani.
d.      Sinonim yang salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak membenarkan. Misalnya: boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat; mengamat-amati dan memata-matai.
e.       Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Misalnya  plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan ditayangkan.
f.       Sinonim yang salah satu anggotanya lebih banyak dipakai di dalam ragam bahasa tulisan. Misalnya: selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lau dan lampau; bisa dan racun.
g.      Sinonim yang salah satu anggotanya lebh lazim dipakai di dalam bahasa percakapan. Misalnya: kayak dan seperti; ketek dan ketiak.
h.      Sinonm yang salah satu anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak. Misalnya: pipis dan berkemih; mmk dan minum; bobo dan tidur; mam (mamam) dan makan.
i.        Sinonim yang salah satu anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja. Misalnya: cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan kodok; sawala dan diskusi.

2.      Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer (1976: 60-62) sebagai berikut:
a.       Perangakat sinonim yang salah satunya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing dan lainnya, yang terdapat di dalam bahasa umum. Misalnya: konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.
b.      Perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepad langgam dan laras bahasaa. Misalnya: dara, gadis, cewek; mati,meninggal dan wafat. Pemakaian kosa kata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan menghasilkn kalimat yang tidak apik (ill-formed). Misalnya : “ cewek yang tinggal di rumah besar tu kemarin wafat”.
c.       Perangakat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Misalnya: ngerawan dan politikus; ningrat dan feodal.
d.      Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu  (keterbatasan kolokasi. Msalnya: telur busuk,nasi basi, mentega tengik, susu asam, baju apek. Busuk,basi,tengik, asam dan apek memiliki makna yang sama, tetapi tidak dapat saling menggantikan karena dibatasi persandingan yang dilazimkan.
e.       Perangkat sinonim yang maknanya kadang-kadang tumpang tindih. Misalnya: buluh dan bambu; bumbu dan rempah-rempah; bimbang,cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret. 

3.      Pembagian sinonim menurut Lyons
Pembagian sinonim menurut Lyons (1977:441) ada empat golongan, yakni:
a.       Sinonim lengkap dan mutlak, misalnya: surat kabar dan koran
b.      Sinonim lengkap dan tidak lengkap, misalnya: orang dan manusia
c.       Sinonim tidak lengkap dan mutlak, misalnya: wanita dan perempuan
d.      Sinonim tidak lengkap dan tidak mutlak, misalnya: gadis dan cewek
Lyons berpendapat bahwa sinonim lengkap terdapat apabila makna kognitif sama dengan makna emotif, sedangkan sinonim mutlak dipakai untuk sinonim yang dapat saling menggantikan (saling menyulih) dalam semua konteks. Lyons dan Ullmann menyatakan bahwa sinonim lengkap dan mutlak sulit sekali ditemukan.  Palmer (1976: 60-62) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena dalam suatu bahasa tidak ada alasan untuk mempertahankan dua kata yang maknanya sama.
4.      Pembagian sinonim menurut Verhaar
Pembagian sinonim menurut Verhaar lain halnya dengan pendapat Lyons (1977), Palmer (1976), Ullmann ( 1964), dan Tutescu (1979). Verhaar (1977: 133) dalam bukunya menerangkan bahwa kesinoniman bukan didasarkan pada kesamaan makna saja melainkan juga pada kesamaan informasi. Sebetulnya informasi tidak temasuk analisis dalam ujaran tetapi terletak di luar semantik karena menyangkut segi objektif dari apa yang dibicarakan dengan ujaran itu. Tetapi untuk menetapkan miripnya atau dekatnya makna antara dua ungkapan diperlukan juga semantik.



D.                Analisis Kata-Kata Bersinonim pada Resensi
Dari resensi yang dijadikan sampel analisis, maka ditemukan :
1.         Pada resensi yang berjudul ‘Konsumen di Media Sosial’ pada Padang Ekspres, minggu, 18 November 2012, tidak ditemukan penulisan kata bersinonim pada  setiap paragarafnya.
2.      Pada resensi yang berjudul ‘Dahlan Tak Pernah Berakting’ pada Padang Ekspres, minggu, 28 Oktober 2012, ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai berikut :
Ø  Kata “sering” dan “kerap”, pada paragraf 1, 4, dan 5, mempunyai makna yang sama yaitu yang menunjukkan suatu yang terjadi secara berulang-ulang.
Ø  Kata “masa itu” dan “saat itu”, pada paragraf 3, mempunyai makna yang sama yaitu yang menunjukkan masa lampau.
3.      Pada resensi yang ditulis oleh Roni Yusron Fauzi, ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai berikut :
Ø  Susunan kata” proses belajar mengajar” dan “proses pembelajaran”, pada paragraf 1, mempunyai makna yang hampir sama yaitu menunjukkan suatu kegiatan yang sama.
Ø  Kata “memaparkan” dan ”menyampaikan”, pada paragraf 9 dan 14, mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan kegiatan memberikan suatu informasi.
4.      Pada resensi yang ditulis oleh Rizki Ardianto, ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai berikut :
Ø  Kata “sudah” dan “telah”, pada paragraf 5, mempunyai makna sama yaitu mengacu pada suatu tindakan.
5.      Pada resensi yang di dapat pada http://putrinet.wordpress.com/2008/10/14/contoh-resensi/, ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai berikut :
Ø  Kata “mengirim” dan “memberi”, pada paragraf 6, mempunyai makna hampir sama yaitu menunjukkan tindakan memberikan sesuatu.
Ø  Kata “mendapat” dan “menerima”, pada paragraf 6, mempunyai makna hampir sama yaitu suatu tindakan memperoleh sesuatu.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut :
No
Kata-kata yang hampir bersinonim
Hal
Uraian
Benar/ salah
Keterangan
1
Sering - kerap
Paragraf 1, 4, dan 5
Kata ‘sering’ pada kalimat :
- Mereka yang sering menganggap sikap Dahlan Iskan sebagai pencitraan alangkah baiknya membaca buku ini.
- Meski merupakan wartawan senior dari koran berpengaruh, Dahlan tak sering muncul diantara para pejabat.
Kata ‘kerap’ pada kalimat : Sehari-hari Dahlan kerap tidak pulang.


2
Masa itu - saat itu
Paragraf 9 dan 14
Kata ‘masa itu’ pada kalimat :
- Sebab, masa itu, orang Surabaya tidak terbiasa membaca koran pagi.
Kata ‘saat itu’ pada kalimat:
-   Tantangan lainnya, kapital dan sumber daya manusia Jawa Pos saat itu sangat lemah.


3
Proses belajar mengajar - proses pembelajaran
Pada paragraf 1
Susunan kata ‘proses belajar mengajar’ pada kalimat :
Kejenuhan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seringkali terjadi, dikarenakan dalam proses belajar mengajarnya yang sangat monoton.
Susunan kata “proses pembelajaran” pada kalimat:
Akibatnya anak didik akan merasa jenuh dalam proses pembelajaran tersebut.


4
Sudah - telah
Paragraf 5
Kata ‘sudah’ pada kalimat :
Orang-orang sudah terlalu kesal saat mencoba menyelesaikannya, mengingat keterbatasan informasi saat itu.
Kata ‘telah’ pada kalimat :
-          Namun hingga saat ini, lebih dari 30 juta rubik telah terjual (belum termasuk merk-merk tiruanya!), menjadikannya diakui sebagai permainan puzzle terlaris di dunia.
-          Pada tahun 2000, petunjuk untuk menyelesaikan rubik telah banyak ditemukan di internet.


5
Mengirim - memberi
Paragraf 6
Kata ‘mengirim’ pada kalimat :
Tentunya itu memperkenalkan seorang akhwat itu dan temannya memberi saran untuk secepatnya mengirim sebuah kado dan sekotak coklat.
Kata ‘memberi’ pada kalimat :
Akhwat itu menolak ajakan dan pemberian bingkisan itu, lalu akhwat itu menjelaskan alasannya dan memberi pesan yang sangat menyentuh hati sehingga bisa membuat Boy kembali mendekat kepada Allah SWT.


6
Mendapat - menerima
Paragraf 6
Kata ‘mendapat’ pada kalimat :
Setelah itu Boy mendapat bingkisan itu kembali dan didalamnya terdapat securik kertas yang didalamnya berisi penolakan menerima bingkisan Valentine itu.
Kata ‘menerima’ pada kalimat :
Setelah itu Boy mendapat bingkisan itu kembali dan didalamnya terdapat securik kertas yang didalamnya berisi penolakan menerima bingkisan Valentine itu.



 
DAFTAR PUSTAKA


Sumber : http://impiandalamhati.blogspot.com/2011/03/perbedaan-antara-sinonim
sempurna-dan.html
Sumber : http://tatabahasabm.tripod.com/tata/ksinonim.htm .