Penulisan Kata Bersinonim
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam setiap bahasa,
termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan pemaknaan
atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata
atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin
menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi). Di dalam beberapa buku pelajaran
bahasa sering dikatakan bahwa sinonim adalah persamaan kata atau kata-kata yang
sama maknanya. Pernyataan ini jelas kurang tepat sebab selain yang sama bukan
maknanya, yang bersinonim pun bukan hanya kata dengan kata, tetapi juga banyak
terjadi antara satuan-satuan bahsa lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sinonim
Sinonim
adalah pertalian dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama.
Suatu kata bersinonim dengan kata lainnya apabila dalam kalimat yang sama,
kata-kata tersebut dapat saling menggantikan. Atau kata-kata yang memiliki
kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam berbagai urutan kata-kata
sehingga memiliki daya tukar (substitusi).
Contoh
:
i)
Mencegah, melarang, menahan, menegah,
menghalang, menyekat
ii)
Menciptakan, membuat, mengadakan,
menggubah, menghasilkan, menjadikan, mewujudkan
iii)
Dapat, berupaya, mampu, sanggup,
menyanggah
iv)
Elok, bagus, baik, cantik, molek, indah,
permai
v)
Waktu, kesempatan,
ketika, masa, peluang, tempoh
Sekalipun
makna kata-kata, elok, bagus,
baik, cantik, molek, indah, permai sama, atau semua kata itu bersinonim, kita
juga tidak pernah atau tidak wajar mengatakan kalau,
·
Wanita itu indah
·
Gadis itu permai
Tetapi
·
Wanita itu cantik
·
Gadis itu molek
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengetahui sinonim, diantaranya :
1.
Tidak semua kata dalam
bahasa Indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata beras, salju, batu, dan
kuning pada kata-kata tersebut tidak memiliki sinonim.
2.
Ada kata-kata yang
bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk jadian. Misalnya kata
benar dengan kata betul, tetapi kata kebenaran tidak bersinonim dengan kata
kebetulan.
3.
Ada kata-kata yang
tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar tetapi memilki sinonim pada bentuk
jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai sinonim tetapi kata menjemur
mempunyai sinonim, yaitu mengeringkan, dan berjemur bersinonim dengan berpanas.
Ada
empat cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan adanya
sinonim. Keempat cara yang dimaksud adalah:
1)
Seperangkat sinonim itu mungkin saja merupakan kata-kata yang digunakan dalam
dialek yang berbeda-beda. Kata pena dan rika dalam bahasa jawa dialek Surabaya
memiliki terjemahan dalam bahasa indonesia yang persis sama dengan koen atau
kowe dalam bahasa jawa dalek malang. Begitu juga dengan kata cacak dan kakang
memiliki terjemahan yang persis sama, yakni “kakak”. Akan tetapi, apabila dalam
setiap dialek masing-masing kata tersebut memiliki makna dasar berbeda-beda,
kata-kata tersebut tidak dapat ditentukan sebagai sinonim.
2)
Suku kata yang semula dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah
berada dalam berbagai pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang
berbeda-berbeda. Kata bisa dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal
merupakan sinonim, dalam konteks pemakaian “saya nanti bisa datang” dan “saya
nanti dapat datang” tetap pula dianggap sinonim. Sewaktu berada dalam konteks
pemakaian “bisa ular itu berbahaya”, kedua kata tersebut tidak dapat lagi
disebut sinonim.
3)
Suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun
makna evaluatif, mungkin saja akhirnya menunjukan adanya karakteristik sendiri
meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman
dengan kata lainya. Bentuk demikian misalnya dapat ditemukan dalam pasangan
kata ilmu dan pengetahuan, mengamati dan meneliti, serta antara megusap dengan
membelai. Apabila hal itu terjadi, maka kata-kata yang semula dianggap sinonim
itu harus dianggap sebagai kata yang berdiri sendiri-sendiri.
4)
Suatu kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi
dengan minuman, kuncup dengan kembang, maupun pohon dengan batang, sering kali
dipakai secara tumpang tindih karena masing-masing memiliki kesinoniman. Hal
itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata tersebut jelas masih
memiliki ciri makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian yang tumapang tidih
dapat mengakibatkan adanya salah pengertian.
B.
Jenis-Jenis Sinonim
Terdapat tiga
jenis Sinonim dalam bahasa Indonesia, yaitu :
1.
Sinonim mutlak
Sinonim mutlak adalah kata-kata
yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah
makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat.
Contoh:
o kosmetik = alat kecantikan
o laris = laku, larap
o leksikografi = perkamusan
o kucing = meong
o kosmetik = alat kecantikan
o laris = laku, larap
o leksikografi = perkamusan
o kucing = meong
2.
Sinonim semirip
Sinonim semirip adalah
kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa
mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat
tersebut saja.
Contoh:
o melatis = menerobos
o lahiriah = jasmaniah
o melatis = menerobos
o lahiriah = jasmaniah
3.
Sinonim
selingkung
Sinonim selingkung
adalah kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan
tertentu saja secara struktural dan leksikal.
Contoh: lemah = lemas
C.
Pembagian Sinonim Bahasa Indonesia
Menurut Ahli
Pembagian sinonim menurut
beberapa ahli, diantaranya:
1.
Penggolongan sinonim
menurut pembagian Colliman yang dikutip Ullmann (1964: 142-143) membagi jenis
sinonim menjadi sembilan, dan bila kita lihat contohnya di dalam, bahasa Indonesia,
sebagai berikut:
a.
Sinonim yang salah satu
anggotanya memiliki makna yang lebih umum (generik), bandingkan misalnya:
menghidangakn dan menyediakan atau menyiapkan; kelamin dengan seks.
b.
Sinonim yang salah satu
anggotanya memiliki unsur makna yang lebih intensif, misalnya: jenuh dan bosan;
kejam dan bengis; imbalan dan pahala.
c.
Sinonim yang salah satu
anggotanya lebih menonojolkan makna emotif. Misalnya mungil dan kecil; bersih
dan ceria; hati kecil dan hati nurani.
d.
Sinonim yang salah satu
anggotanya bersifat mencela atau tidak membenarkan. Misalnya: boros dan tidak
hemat; hebat dan dahsyat; mengamat-amati dan memata-matai.
e.
Sinonim yang salah satu
anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Misalnya plasenta dan
ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan ditayangkan.
f.
Sinonim yang salah satu
anggotanya lebih banyak dipakai di dalam ragam bahasa tulisan. Misalnya: selalu
dan senantiasa; enak dan lezat; lau dan lampau; bisa dan racun.
g.
Sinonim yang salah satu
anggotanya lebh lazim dipakai di dalam bahasa percakapan. Misalnya: kayak dan
seperti; ketek dan ketiak.
h.
Sinonm yang salah satu
anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak. Misalnya: pipis dan berkemih; mmk
dan minum; bobo dan tidur; mam (mamam) dan makan.
i.
Sinonim yang salah satu
anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja. Misalnya: cabai dan lombok;
sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan kodok; sawala dan diskusi.
2.
Pembagian sinonim
dengan mengikuti Palmer (1976: 60-62) sebagai berikut:
a.
Perangakat sinonim yang
salah satunya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing dan lainnya, yang
terdapat di dalam bahasa umum. Misalnya: konde dan sanggul, domisili dan
kediaman, khawatir dan gelisah.
b.
Perangkat sinonim yang
pemakaiannya bergantung kepad langgam dan laras bahasaa. Misalnya: dara, gadis,
cewek; mati,meninggal dan wafat. Pemakaian kosa kata langgam dan laras bahasa
yang berbeda akan menghasilkn kalimat yang tidak apik (ill-formed). Misalnya :
“ cewek yang tinggal di rumah besar tu kemarin wafat”.
c.
Perangakat sinonim yang
berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Misalnya: ngerawan dan
politikus; ningrat dan feodal.
d.
Perangkat sinonim yang
pemakaiannya terbatas pada kata tertentu (keterbatasan kolokasi. Msalnya:
telur busuk,nasi basi, mentega tengik, susu asam, baju apek. Busuk,basi,tengik,
asam dan apek memiliki makna yang sama, tetapi tidak dapat saling menggantikan
karena dibatasi persandingan yang dilazimkan.
e.
Perangkat sinonim yang
maknanya kadang-kadang tumpang tindih. Misalnya: buluh dan bambu; bumbu dan
rempah-rempah; bimbang,cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret.
3.
Pembagian sinonim menurut Lyons
Pembagian
sinonim menurut Lyons (1977:441) ada empat golongan, yakni:
a.
Sinonim lengkap dan
mutlak, misalnya: surat kabar dan koran
b.
Sinonim lengkap dan
tidak lengkap, misalnya: orang dan manusia
c.
Sinonim tidak lengkap
dan mutlak, misalnya: wanita dan perempuan
d.
Sinonim tidak lengkap
dan tidak mutlak, misalnya: gadis dan cewek
Lyons
berpendapat bahwa sinonim lengkap terdapat apabila makna kognitif sama dengan
makna emotif, sedangkan sinonim mutlak dipakai untuk sinonim yang dapat saling
menggantikan (saling menyulih) dalam semua konteks. Lyons dan Ullmann menyatakan
bahwa sinonim lengkap dan mutlak sulit sekali ditemukan. Palmer (1976:
60-62) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena dalam suatu bahasa tidak
ada alasan untuk mempertahankan dua kata yang maknanya sama.
4.
Pembagian sinonim menurut Verhaar
Pembagian
sinonim menurut Verhaar lain halnya dengan pendapat Lyons (1977), Palmer
(1976), Ullmann ( 1964), dan Tutescu (1979). Verhaar (1977: 133) dalam bukunya
menerangkan bahwa kesinoniman bukan didasarkan pada kesamaan makna saja
melainkan juga pada kesamaan informasi. Sebetulnya informasi tidak temasuk
analisis dalam ujaran tetapi terletak di luar semantik karena menyangkut segi
objektif dari apa yang dibicarakan dengan ujaran itu. Tetapi untuk menetapkan miripnya
atau dekatnya makna antara dua ungkapan diperlukan juga semantik.
D.
Analisis Kata-Kata
Bersinonim pada Resensi
Dari
resensi yang dijadikan sampel analisis, maka ditemukan :
1.
Pada resensi yang
berjudul ‘Konsumen di Media Sosial’ pada Padang Ekspres, minggu, 18 November
2012, tidak ditemukan penulisan kata bersinonim pada setiap paragarafnya.
2.
Pada resensi yang
berjudul ‘Dahlan Tak Pernah Berakting’ pada Padang Ekspres, minggu, 28 Oktober 2012,
ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai berikut :
Ø Kata
“sering” dan “kerap”, pada paragraf 1, 4, dan 5, mempunyai makna yang sama
yaitu yang menunjukkan suatu yang terjadi secara berulang-ulang.
Ø Kata
“masa itu” dan “saat itu”, pada paragraf 3, mempunyai makna yang sama yaitu
yang menunjukkan masa lampau.
3.
Pada resensi yang
ditulis oleh Roni Yusron Fauzi, ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai
berikut :
Ø Susunan
kata” proses belajar mengajar” dan “proses pembelajaran”, pada paragraf 1,
mempunyai makna yang hampir sama yaitu menunjukkan suatu kegiatan yang sama.
Ø Kata
“memaparkan” dan ”menyampaikan”, pada paragraf 9 dan 14, mempunyai makna yang
sama yaitu menyatakan kegiatan memberikan suatu informasi.
4.
Pada resensi yang
ditulis oleh Rizki Ardianto, ditemukan penulisan kata bersinonim sebagai
berikut :
Ø Kata
“sudah” dan “telah”, pada paragraf 5, mempunyai makna sama yaitu mengacu pada
suatu tindakan.
5.
Pada resensi yang di
dapat pada http://putrinet.wordpress.com/2008/10/14/contoh-resensi/, ditemukan
penulisan kata bersinonim sebagai berikut :
Ø Kata
“mengirim” dan “memberi”, pada paragraf 6, mempunyai makna hampir sama yaitu
menunjukkan tindakan memberikan sesuatu.
Ø Kata
“mendapat” dan “menerima”, pada paragraf 6, mempunyai makna hampir sama yaitu
suatu tindakan memperoleh sesuatu.
Untuk
lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut :
No
|
Kata-kata yang hampir
bersinonim
|
Hal
|
Uraian
|
Benar/ salah
|
Keterangan
|
1
|
Sering - kerap
|
Paragraf 1, 4, dan 5
|
Kata ‘sering’ pada kalimat :
- Mereka yang sering menganggap
sikap Dahlan Iskan sebagai pencitraan alangkah baiknya membaca buku ini.
- Meski merupakan wartawan senior
dari koran berpengaruh, Dahlan tak sering muncul diantara para pejabat.
Kata ‘kerap’ pada kalimat :
Sehari-hari Dahlan kerap tidak pulang.
|
||
2
|
Masa itu - saat itu
|
Paragraf 9 dan 14
|
Kata ‘masa itu’ pada kalimat :
- Sebab, masa itu, orang Surabaya
tidak terbiasa membaca koran pagi.
Kata ‘saat itu’ pada kalimat:
-
Tantangan lainnya,
kapital dan sumber daya manusia Jawa
Pos saat itu sangat lemah.
|
||
3
|
Proses belajar
mengajar - proses pembelajaran
|
Pada paragraf 1
|
Susunan kata ‘proses belajar
mengajar’ pada kalimat :
Kejenuhan dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) seringkali terjadi, dikarenakan dalam proses belajar
mengajarnya yang sangat monoton.
Susunan kata “proses
pembelajaran” pada kalimat:
Akibatnya anak didik akan merasa
jenuh dalam proses pembelajaran tersebut.
|
||
4
|
Sudah - telah
|
Paragraf 5
|
Kata ‘sudah’ pada kalimat :
Orang-orang sudah terlalu kesal
saat mencoba menyelesaikannya, mengingat keterbatasan informasi saat itu.
Kata ‘telah’ pada kalimat :
-
Namun hingga saat
ini, lebih dari 30 juta rubik telah terjual (belum termasuk merk-merk
tiruanya!), menjadikannya diakui sebagai permainan puzzle terlaris di dunia.
-
Pada tahun 2000,
petunjuk untuk menyelesaikan rubik telah banyak ditemukan di internet.
|
||
5
|
Mengirim - memberi
|
Paragraf 6
|
Kata ‘mengirim’ pada kalimat :
Tentunya itu memperkenalkan
seorang akhwat itu dan temannya memberi saran untuk secepatnya mengirim
sebuah kado dan sekotak coklat.
Kata ‘memberi’ pada kalimat :
Akhwat itu menolak ajakan dan
pemberian bingkisan itu, lalu akhwat itu menjelaskan alasannya dan memberi
pesan yang sangat menyentuh hati sehingga bisa membuat Boy kembali mendekat
kepada Allah SWT.
|
||
6
|
Mendapat - menerima
|
Paragraf 6
|
Kata ‘mendapat’ pada kalimat :
Setelah itu Boy mendapat
bingkisan itu kembali dan didalamnya terdapat securik kertas yang didalamnya
berisi penolakan menerima bingkisan Valentine itu.
Kata ‘menerima’ pada kalimat :
Setelah itu Boy mendapat
bingkisan itu kembali dan didalamnya terdapat securik kertas yang didalamnya
berisi penolakan menerima bingkisan Valentine itu.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber : http://impiandalamhati.blogspot.com/2011/03/perbedaan-antara-sinonim
sempurna-dan.html
Sumber :
http://tatabahasabm.tripod.com/tata/ksinonim.htm .